Ratapan Menjadi Tarian Gembira
Views: 0
Mazmur 30:1-12
Salam sejahtera! Dalam perjalanan hidup ini, tidak jarang kita menghadapi masa-masa sulit, hati terasa lelah, penuh kekecewaan, bahkan hampir putus asa. Namun, firman Tuhan dalam Mazmur 30:12 memberikan harapan bahwa ratapan kita Tuhan ubah menjadi tarian gembira. Kita percaya bahwa Tuhan memiliki kuasa untuk mengubah ratapan menjadi tarian, mengubah kesedihan menjadi sukacita yang melimpah.
Dalam Minggu Paskah ke-3, kita diajak menghayati kehadiran Yesus yang bangkit dalam kehidupan sehari-hari. Dia bukan hanya Tuhan yang telah bangkit, tetapi juga kawan karib, yang menjaga langkah kita dalam segala aspek hidup: dalam pekerjaan, dalam keluarga, dalam pelayanan, bahkan dalam pergumulan terdalam kita. Ia tidak menjauh, justru hadir dan peduli, seperti dinyatakan dalam lirik lagu PKJ 136.
Yesus yang bangkit menampakkan diri—ini berarti Ia yang hidup datang menemui umat-Nya di tengah aktivitas mereka. Ia hadir saat dua murid berjalan sambil bercakap-cakap ke Emaus. Ia hadir di tengah murid-murid yang berkumpul dalam ketakutan. Ia menjumpai mereka saat mereka kembali bekerja menangkap ikan, seperti dikisahkan dalam Yohanes 21. Kehadiran Yesus yang bangkit bukan hanya simbol rohani, melainkan realitas nyata dalam kehidupan setiap orang percaya.
Lebih dari sekadar hadir, Yesus yang bangkit adalah Tuhan yang mulia, penuh kasih karunia. Dia bukan sekadar tokoh sejarah atau manusia baik, tetapi Tuhan yang agung. Dia membebaskan manusia dari dosa—dosa yang merusak, mengacaukan makna hidup, dan menjauhkan manusia dari kebenaran, keadilan, serta damai sejahtera. Kuasa kebangkitan-Nya memulihkan dan memaknai ulang kehidupan.
Lihatlah Petrus, yang pernah menyangkal Yesus, dipulihkan dan diutus menjadi gembala umat Tuhan. Lihat pula Saulus, penganiaya jemaat, diubah menjadi Paulus, rasul besar yang mengabarkan Injil ke bangsa-bangsa. Kehadiran Yesus yang bangkit memulihkan arah hidup manusia—dari mengejar kerajaan dunia, menjadi mengejar Kerajaan Allah dan hidup sebagai saksi-Nya.
Namun sering kali, seperti para murid di jalan Emaus atau di danau Tiberias, kita tidak langsung mengenali Yesus yang hadir. Tetapi Tuhan, dalam kasih-Nya, membuka mata hati dan pikiran kita. Inilah pemulihan sejati—bukan hanya perubahan nasib, tetapi perubahan pengenalan: bahwa Yesus benar-benar hidup, peduli, memperhatikan, dan memimpin kita kepada kehidupan yang berbuah, penuh makna, dan berkenan di hadapan-Nya.
Pemulihan sejati terjadi saat kita menyadari bahwa Yesus sungguh hadir dan menjumpai kita. Itulah yang dialami Petrus. Saat para murid gagal menangkap ikan dan kelelahan karena semalaman berusaha tanpa hasil, Yesus yang bangkit datang menghampiri mereka. Ia peduli dan menyatakan kuasa-Nya lewat firman: “Tebarkan jalamu.” Dalam ketaatan, kegagalan mereka diubah menjadi keberhasilan. Namun, inti dari pemulihan itu bukanlah banyaknya ikan yang mereka dapatkan, melainkan kenyataan bahwa mereka berjumpa dengan Yesus yang hidup. Inilah sukacita yang sejati—bukan karena berkat materi, tetapi karena kehadiran Tuhan yang mengubahkan.
Pemulihan itu melahirkan tarian kegembiraan, seperti yang digambarkan dalam Mazmur 30. Namun, perlu disadari bahwa fokus dari kegembiraan itu bukan pada hasil duniawi—bukan pada ikan, makanan, atau berkat jasmani—melainkan pada perjumpaan dengan Kristus yang bangkit. Banyak ikan hanyalah dampak, bukan tujuan utama. Yang utama adalah kasih kepada Yesus, yang mendorong Petrus dan para murid menjadi pelayan Tuhan, menjadi saksi tentang kuasa dan kasih karunia-Nya.
Mazmur 30 menggambarkan tarian kegembiraan sebagai respons atas pemulihan Tuhan. Ini adalah gambaran pemulihan dari kehancuran dan pengangkatan dari keterpurukan. Tuhan tidak membiarkan musuh-musuh kita—baik secara fisik maupun simbolik—bersukacita atas kejatuhan kita. Dalam realita kehidupan, kita tahu bahwa ada orang-orang yang mungkin merasa puas melihat penderitaan atau kegagalan kita. Tuhan berbeda. Dia tidak masa bodoh. Ia peduli. Ia menolong, menyembuhkan, dan memulihkan. Bahkan ketika orang lain tidak menunjukkan simpati, Tuhan datang mengangkat kita dari jurang keputusasaan dan mengubah ratapan kita menjadi tarian sukacita.
Orang yang mengalami pertolongan Tuhan akan berseru kepada-Nya, akan berdoa dan berserah. Dan Tuhan menjawab. Penyembuhan yang diberikan Tuhan tidak hanya bersifat fisik, tetapi mencakup juga pemulihan batin, kehormatan, dan semangat hidup. Oleh karena itu, kita memuji Tuhan bukan karena hidup kita bebas dari masalah, tetapi karena di dalam masalah pun Tuhan hadir, menopang, dan membangkitkan kita kembali.
Maka marilah kita berharap dan berseru kepada Tuhan, sebab hanya Dialah yang sanggup memberi kelepasan, menyembuhkan luka, dan menjadikan hidup kita kembali penuh arti. Tuhanlah sumber tarian gembira kita. Berseru kepada Allah adalah doa yang lahir dari iman, bukan keputusasaan. Ini adalah tindakan kepercayaan yang tulus, bentuk penyerahan diri yang paling dalam kepada Allah—bukan kepada manusia, berhala, atau kekuatan duniawi. Dalam seruan iman ini, kita tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tidak mencari pertolongan dari raja, panglima, atau sistem dunia, tetapi hanya kepada Tuhan yang hidup dan setia dalam kasih-Nya.
Mazmur 30:12 mengajarkan kita bahwa: Tuhan berkuasa mengubah keadaan kita. Tuhan hadir dalam penderitaan. Tuhan memulihkan dan memberi sukacita yang sejati. Ketika kita mengakui kehadiran Tuhan dalam kehidupan dan hidup taat pada firman-Nya, kita akan mengalami pemulihan yang utuh, bahkan di tengah kondisi yang tampaknya tidak mungkin.
Ketika kita menghadapi Masalah hidup, kita diajak untuk percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, bahkan di saat kita jatuh, sakit, atau berada dalam kesulitan terdalam. Kita taat pada Perintah Tuhan. Ketaatan adalah langkah awal menuju pemulihan. Meski kita belum mengerti jalannya, iman memanggil kita untuk taat lebih dulu. Di tengah kesulitan, kita tetap memuji Tuhan berdoa, kita menyatakan bahwa Tuhan adalah sumber pemulihan dan sukacita kita.
Tuhan yang mengubah ratapan menjadi tarian gembira adalah kawan karib yang tidak pernah meninggalkan kita. Mari kita menyanyikan PKJ 136 ayat 1 Pada bintang nyata karyaNya, lewat angin agung SabdaNya, darat laut di bawah kuasaNya. Apa maknanya? Aku merayakan NatalNya, yang tercantum di sejarahNya, Ia membebaskan umatNya, Apa maknanya? Saat aku bertemu Dia, kurasakan agung RahmatNya, ‘ku sadari Dia Tuhan yang mempedulikanku,yang tak menjauhkan diri. Kini Dia pun bersamaku dan menjaga tiap langkahku. Dia kawan karib bagiku; Dia segalanya! amin
Berdoa: Ya Tuhan dalam menghadapi masa-masa sulit, saat-saat hati terasa lelah, penuh kekecewaan, bahkan hampir putus asa. Kami percaya bahwa Tuhan mampu mengubah ratapan kami menjadi tarian gembira, dalam nama Yesus kami berdoa. amin