Gereja Kristen Indonesia Kwitang
  • Home
  • Tentang GKI Kwitang
    • Contact
    • Pengumuman
  • Renungan & Ibadah
    • Renungan Harian
    • Perteduhan Jiwa
    • Ibadah Minggu
  • Liturgi Ibadah
  • Warta Gereja
May 10, 2025

GADUNG

Admin 02 Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan

Views: 0

Bacaan: Yohanes 5:6-8 (TB 2)
”Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ, dan karena Ia tahu bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya, “Tuan, aku tidak punya siapa-siapa untuk menurunkan aku ke dalam kolam itu ketika airnya mulai terguncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya, “Bangunlah, angkatlah tilammu, dan berjalanlah”.

Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!

Saudaraku, gadung adalah sejenis tumbuhan berumbi dari keluarga uwi-uwian yang umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman pangan. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik, meskipun rebusan gadung juga dapat dimakan. Meski dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pangan, sesungguhnya umbi gadung ini dikenal sangat beracun. Zat racun yang dikandungnya adalah: dioscorin, diosgenin dan dioscin. Pada jaman dahulu, umbi gadung ini digunakan sebagai racun ikan atau dioleskan pada mata anak panah. Orang yang terkena racun gadung akan mengalami rasa tidak nyaman di tenggorokan, yang berangsur menjadi rasa terbakar, diikuti oleh pusing, muntah darah, rasa tercekik, mengantuk, kelelahan, dan sampai pada kematian. Walau beracun, ternyata pemanfaatan gadung sebagai bahan makanan ini sudah terjadi sejak lebih dari 4 abad yang lalu. Sejarah mencatat bahwa ketika terjadi pengepungan Batavia pada tahun 1628, masyarakat Batavia mampu bertahan hidup karena mereka mengonsumsi gadung. Wilayah penghasil gadung itu sekarang dikenal dengan nama Pulo Gadung. Pertanyaannya adalah : Bila gadung ini sangat beracun, bagaimana mungkin umbi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan? Sebelum dikonsumsi, pastilah gadung ini diperlakukan secara khusus untuk menghilangkan kadungan racunnya. Ada beberapa cara yang digunakan bergantung dengan daerahnya. Pertama, di daerah pesisir, umbi gadung ini diiris tipis-tipis kemudian diremas-remas dalam air laut kemudian direndam dalam air laut selama 2 – 3 hari hingga lembek. Kedua, di daerah yang jauh dari pantai, pada umumnya pengolahan dilakukan dengan mengiris tipis umbi gadung kemudian merendamnya di air yang mengalir (misal: seperti sungai) setidaknya 1 hari. Ketiga, umbi gadung diiris tipis kemudian dicampur dengan abu gosok dan diremas-remas kemudian direndam dalam air laut atau dipendam dalam tanah selama beberapa hari. Setelah melalui perlakuan tadi, gadung dicuci hingga bersih, dijemur hingga kering dan dapat diolah. Tahapan-tahapan tadi, telah mengubah gadung yang beracun itu menjadi bahan makanan.

Saudaraku, upaya membuat gadung yang beracun menjadi bahan makanan ini mengingatkan kita tentang usaha yang harus dilakukan oleh anak-anak Tuhan agar membuahkan hasil. Iman bukan hanya soal keyakinan di dalam hati, melainkan juga tentang ketekunan untuk berupaya dengan pertolongan Tuhan. Kisah orang yang lumpuh yang menunggu 38 tahun di tepi kolam Betesda agar mendapatkan mukjizat kesembuhan menunjukkan bahwa pikirannya telah membelenggunya sehingga ia hanya pasrah dalam ketidakberdayaan manakala orang lain selalu mendahului dia. Betapa tidak? Merespon pertanyaan Tuhan Yesus yang bertanya ‘apakah engkau mau sembuh, ia menjawab, “Tuan, aku tidak punya siapa-siapa untuk menurunkan aku ke dalam kolam itu ketika airnya mulai terguncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku”. Nampaknya, 38 tahun penantiannya tidak membuatnya belajar dari pengalaman. Pikirannya terbelenggu pada “tidak punya siapa-siapa yang menurunkan aku”. Bila memang tidak punya siapa-siapa dan tahu bahwa ia selalu didahului oleh orang lain, mengapa ia tidak memilih tempat yang terdekat dari tepi kolam, bukan? Nah, oleh sebab itulah Tuhan Yesus menghampiri orang ini dan mengubah pola pikirnya untuk ‘do something’ bukan hanya menunggu dalam ketidakberdayaan. Kata Yesus kepadanya, “Bangunlah, angkatlah tilammu, dan berjalanlah”. Tindakan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus telah menggantikan pikiran dan kata-kata yang mengasihani diri sendiri, dan telah menguasai realitas orang lumpuh itu terlalu lama. Benar bahwa menunggu dengan sabar adalah buah dari roh, tetapi ada saatnya di mana kita harus melakukan sesuatu, bukan?

Saudaraku,
Kadangkala kita terbelenggu pada perasaan tidak berdaya, sehingga gagal untuk ‘move on’. Ingat bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati! Kiranya sajian gadung hari ini mengingatkan kita agar tetap berusaha dan berupaya dengan pertolongan Tuhan, sehingga racun yang membelenggu dapat dibuang dan akhirnya menjadi berkat. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.

Salam: Guruh dan keluarga.

Doa:
Ya Tuhan, adakalanya kami mengasihani diri sendiri sehingga merasa tidak berdaya dan tidak mampu melakukan upaya untuk keluar dari berbagai persoalan. Mampukanlah kami untuk dapat merasakan Tuhan yang menghampiri kami dan mengulurkan tangan untukmemberikan pertolongan. Dengan demikian, maka kami akan dapat meraih tangan-Mu dan bergerak untuk maju dan keluar dari persoalan kami. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.

Yang Hidup Kebaktian Minggu 11 May 2025

Related Posts

Renungan Harian

”NASI HITAM”

Renungan Harian

AWAS, SESAT!

Renungan Harian

“PUJILAH TUHAN, KUDUSKANLAH NAMANYA!”

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 24 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 17 Agustus 2025
Gereja Kristen Indonesia Kwitang
GKI Kwitang berada di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu di Batavia didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Tanggal itulah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi GKI Kwitang. Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025