Gereja Kristen Indonesia Kwitang
  • Home
  • Tentang GKI Kwitang
    • Contact
    • Pengumuman
  • Renungan & Ibadah
    • Renungan Harian
    • Perteduhan Jiwa
    • Ibadah Minggu
  • Liturgi Ibadah
  • Warta Gereja
May 13, 2025

ANAK DOMBA MENGGEMBALAKAN DAN MENUNTUN

admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan

Views: 0

https://youtu.be/_zfAxF86TDU?si=DQJXcyKJyr4Scui2

Bacaan: Wahyu 7: 9–17

Salam sejahtera dalam kasih Kristus. Kiranya iman kita semakin teguh kepada Yesus, Anak Domba Allah, yang menggembalakan dan menuntun umat-Nya menuju mata air kehidupan. Sebab seperti janji-Nya dalam Wahyu 7:17, “Anak Domba yang di tengah-tengah takhta akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”
Di tengah dunia yang menderita, krisis ekonomi yang menghimpit, dan ketidakadilan yang merajalela, kita diundang untuk menaruh harap pada kepemimpinan Anak Domba—Yesus Kristus—yang bukan hanya raja, tetapi juga gembala yang berkorban demi keselamatan umat-Nya. Ia tidak memerintah dengan kekerasan seperti kaisar Romawi Domitianus yang menindas jemaat mula-mula, melainkan memerintah dengan kasih dan kerendahan hati. Ia menolak kekuasaan yang menindas, dan malah menderita untuk menyelamatkan umat-Nya dari berbagai latar belakang, suku, dan bangsa.

Dalam sebuah jurnal, Bernardo Pérez Andreo menulis tentang “ekonomi keselamatan” yang menolak pemisahan antara agama dan ekonomi. Dunia modern menganggap ekonomi sebagai wilayah netral, bebas dari nilai-nilai spiritual. Namun, menurut Andreo, ekonomi seharusnya dijiwai oleh etika, kasih, dan belas kasih. Ia membandingkan dua paradigma:
Paradigma Kapitalistik: keselamatan dicapai lewat pertumbuhan ekonomi dan keuntungan pribadi. Paradigma Kristen (Ekonomi Keselamatan): keselamatan dicapai melalui kasih, solidaritas, dan pengorbanan. Ekonomi keselamatan menekankan bahwa sejarah manusia diarahkan oleh Allah menuju keselamatan. Artinya, semua aspek hidup manusia—termasuk ekonomi—ada dalam rancangan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya.

Konsep ini sejalan dengan Wahyu 7, di mana Yesus—Anak Domba Allah—menjadi teladan kepemimpinan yang sejati: bukan untuk mengambil keuntungan, melainkan memberi diri demi kehidupan orang lain. Inilah panggilan bagi para pemimpin masa kini: meneladani Anak Domba dengan mengutamakan keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat, bukan sekadar mempertahankan kekuasaan atau memperkaya kelompok tertentu.

Yesus sebagai Gembala juga menjadi harapan bagi semua orang yang tertindas: mereka yang lapar dan haus, yang tertimpa panas terik kehidupan—seperti pengangguran, kaum miskin, dan orang-orang yang termarjinalkan. Seorang pemimpin yang meneladani Anak Domba tahu siapa yang benar-benar membutuhkan, bukan sekadar membuat program populis yang tak menyentuh akar penderitaan.
Janji pemulihan dari Allah nyata bukan hanya bagi dunia yang akan datang, tetapi juga bagi dunia sekarang. Seperti raja Koresh yang Allah pakai untuk membebaskan umat dari perbudakan Babel, Allah sanggup memakai pemimpin-pemimpin masa kini yang meniru gaya kepemimpinan Yesus, untuk menuntun umat menuju pemulihan ekonomi dan sosial. Anak Domba menuntun bukan hanya ke surga, tetapi ke kehidupan yang bermakna, adil, dan penuh kasih sejak sekarang.

Hal ini selaras dengan syair Kidung Jemaat 283:2: “Gembalaku Tuhan! Jiwaku segar: demi harga tinggi namaNya sendiri dituntunNya aku di jalan yang benar.” Yesus, Sang Gembala, menuntun kita bukan karena jasa atau kebaikan kita, tetapi demi nama-Nya sendiri. Ia memulihkan jiwa yang letih, menuntun di jalan kebenaran, dan memberi arah yang benar di tengah kekacauan dunia. Seperti anak domba yang dilindungi gembalanya, demikian juga umat Allah dituntun Yesus ke tempat segar—mata air kehidupan.
Renungan Wahyu 7 ini juga berbicara pada setiap tahap kehidupan: Bagi remaja, Yesus menggembalakan mereka yang sedang mengalami kebingungan identitas, tekanan dari teman sebaya, atau luka batin karena keluarga. Ia menuntun mereka ke mata air kehidupan yang sejati, bukan ke kepalsuan dunia digital.

Bagi pemuda, Kristus menuntun mereka dari kehampaan dan pencarian makna menuju hidup yang berarti dalam kehendak Allah. Ia hadir di tengah kekecewaan, tekanan pekerjaan, dan relasi yang gagal.
Bagi orang dewasa, yang diam-diam meneteskan air mata karena beban keluarga, krisis rumah tangga, atau kehilangan orang tua—Allah tidak tinggal diam. Ia hadir, menyeka air mata dan menopang hidup yang terasa berat.

Bagi lanjut usia, yang merasa ditinggalkan, kehilangan peran sosial, atau merasa tidak berguna—janji Wahyu 7 adalah bahwa hidup tidak berakhir sia-sia. Kristus tetap menggembalakan dan menuntun, bahkan di usia senja, menuju sukacita kekal.

Tuhan tidak jauh dari penderitaan umat-Nya. Setiap air mata dicatat dan dihapus oleh tangan kasih-Nya. Kepemimpinan Anak Domba memberi penghiburan eksistensial: hidup kita tidak dijalani sendiri, tetapi bersama Gembala yang setia. Penghiburan eksistensial berarti penghiburan yang menjawab kekhawatiran terdalam manusia tentang makna, tujuan, dan keberadaan hidupnya, bukan hanya sekadar rasa nyaman atau lega secara emosional.

Dalam konteks Kristen, penghiburan eksistensial terjadi ketika seseorang mengalami kehadiran Allah yang memberi makna dan harapan dalam penderitaan, kesepian, ketidakpastian, atau kekosongan hidup. Penghiburan eksistensial bukan hanya “merasa lebih baik”, tapi menemukan kembali makna hidup di tengah penderitaan, melalui relasi dengan Allah.

Inilah kepastian iman kita: bahwa Yesus yang bangkit, yang hidup, hadir dalam segala musim hidup, Yesus memulihkan, Yesus tetap menggembalakan dan menuntun kita di jalan yang benar—demi nama-Nya sendiri. Mari kita menyanyikan KJ 283:2

Berdoa :

Ya Tuhan kiranya iman kami semakin teguh kepada Yesus, Anak Domba Allah, yang menggembalakan dan menuntun kami menuju mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata kami, dalam nama Yesus kami berdoa. amin

BATU PENJURU JALAN CINTA ALLAH

Related Posts

Renungan Harian

”NASI HITAM”

Renungan Harian

AWAS, SESAT!

Renungan Harian

“PUJILAH TUHAN, KUDUSKANLAH NAMANYA!”

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 24 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 17 Agustus 2025
Gereja Kristen Indonesia Kwitang
GKI Kwitang berada di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu di Batavia didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Tanggal itulah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi GKI Kwitang. Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025