TAKUT DAN MALU

Views: 0

Nas: Kejadian 3:8-10

Ketika mereka mendengar suara Tuhan Allah yang berjalan-jalan di taman pada waktu hari sejuk, manusia itu dan istrinya menyembunyikan diri dari hadapan Tuhan Allah di antara pepohonan di taman. Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berkata: “Di mana engkau?” Ia menjawab “Ketika aku mendengar suara-Mu di taman, aku menjadi takut, karena aku telanjang, maka aku bersembunyi”.

Saudara-saudari yang dikasihi Kristus; kalau kita simak kisah penciptaan manusia oleh Tuhan yang sempurna, maka Sang Pencipta menempatkan mereka di taman Eden. Adam dan Hawa sama-sama telanjang, tetapi tidak merasa malu. Kenapa? Karena mereka mengenakan pakaian kemuliaan dari Allah, pikiran dan hati mereka suci dan mulia. Setelah mereka jatuh ke dalam dosa dengan melanggar firman Tuhan, memakan buah yang dilarang oleh Tuhan, maka pakaian kesucian dari Allah itu tanggal, hati yang mulia dan suci ternoda, rusak oleh curiga dan tak percaya lagi kepada Allah. Akibatnya hidup manusia itu, diganti dengan beban takut dan malu. Hal demikian itulah yang terjadi dengan kita, kalau kita menyadarai dosa yang melekat dan yang kita lakukan, maka rasa malu di hadapan sesama dan Tuhan. Dosa itu memisahkan kita dengan Tuhan, membuat kita berseberangan dan berlawanan arah perjalanan dengan Tuhan. Ke mana arah perjalanan hidup kita?

Seperti Adam dan Hawa, dalam nas renungan ini, mereka menjauhi Tuhan, dan bersembunyi karena takut dan malu. Dalam kehidupan sehari-hari kita, orang enggan (malas) datang ke ibadah Minggu, karena takut akan dosanya, malu terhadap diri sendiri, karena dosa, dan mereka menjauh dari persekutuan jemaat. Untungnya dalam nas renungan ini, ternyata Tuhan sendiri memanggil dan mencari manusia yang terbeban dosa itu, dengan berkata: “Di mana engkau?” Seperti gembala mencari dombanya yang tersesat, seperti bapa menantikan anaknya yang terhilang. Suara itu penuh kasih dan pengampunan, bukan untuk membalas dan menghukum. Menjadi renungan kita, ialah: jawaban apa yang sepatutnya diberikan atas panggilan ini?

Ada panggilan secara langsung dan dijawab secara langsung, seperti nabi Yesaya, dia menjawab langsung: “ini aku Tuhan, utus aku,” Adam dan Hawa menjawab panggilan Tuhan dengan berkata: “Ketika aku mendengar suara-Mu di taman, aku menjadi takut, karena aku telanjang, maka aku bersembunyi.” Dengan malu dan takut, itulah isi setiap kali kita mengaku dosa di hadapan Tuhan dalam liturgi, kita menantikan anugerah-Nya untuk mengampuni dosa kita.

Aplikasi:

1. Apakah “Pengakuan dosa” dalam liturgi kita memadai pengakuan dosa Anda?
2. Apakah Anda pernah “malu” terhadap diri sendiri dan sesama karena dosa yang Anda lakukan? 3. Apa dan di mana anugerah Tuhan yang cukup memadai mengampuni dosa Anda?

Mari berdoa:

Allah Bapa yang mulia dan kudus, karena dosa, sudah selayaknya kami terbuang jauh dari hadirat Bapa. Namun anugerah Bapa dan Yesus Kristus Juruselamat sudah sempurna mengampuni dosa kami. Itulah ucapan syukur kami dalam nama Yesus Kristus, Amin. [AS260525]