Gereja Kristen Indonesia Kwitang
  • Home
  • Tentang GKI Kwitang
    • Contact
    • Pengumuman
  • Renungan & Ibadah
    • Renungan Harian
    • Perteduhan Jiwa
    • Ibadah Minggu
  • Liturgi Ibadah
  • Warta Gereja
June 21, 2025

NASI GROMBYANG

admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan

Views: 0

https://youtu.be/DeSgieVmnfk?si=CKeK9sbul9W8MVTt

Bacaan: 1 Tesalonika 5 : 18 (TB 2)
“Ucapkanlah syukur dalam segala hal. Sebab, itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.

Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!

Saudaraku, ketika pertama kali mendengar nama kuliner ini, pikiran saya langsung tertuju kepada soto gebrak. Nama ‘gebrak’ diberikan karena proses penyanjiannya diselingi dengan suara gebrakan botol kecap yang mengagetkan. Dalam bahasa Jawa versi Purworejo kata ‘grombyang’ merupakan gaya bahasa onomatop (yaitu: menirukan bunyi dari sumber yang digambarkannya). Dalam, hal ini, grombyang adalah suara jatuhnya peralatan dapur yang terbuat dari logam. Namun, ketika berkenalan dengan nasi grombyang (aslinya: sega grombyang) Pemalang, bayangan ‘soto gebrak’ segera lenyap. Karena tidak ada bunyi ramai yang mengiringi penyajian nasi grombyang ini. Oke, mungkin Anda bertanya: nasi grombyang itu apa? Baik, Nasi grombyang adalah makanan khas dari kota Pemalang Jawa Tengah. Nasi grombyang pada umumnya menggunakan daging kerbau atau sapi. Tampilannya mirip seperti soto daging pada umumnya, hanya saja kuahnya dibumbui dengan keluwek, lengkuas, jahe, kunyit, daun salam, kemiri, kaldu daging dan lainnya. Saat disajikan, nasi grombyang ini ditaburi degan serundeng, potongan daun bawang, bawang goreng dan ditemani aneka sate (baik daging atau babat). Hanya saja sate di sini tidak dibakar melainkan diungkep. Kemudian, apa makna grombyang? Dalam bahasa Jawa Pemalang, kata ‘grombyang’ berarti bergoyang-goyang. Jadi, nasi grombyang ini akan disajikan dalam mangkuk kecil, di mana takaran kuahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan nasi dan isiannya. Sehingga ketika nasi grombyang dibawa dengan nampan, kuah yang melimpah akan bergoyang hingga hampir meluap atau tumpah. Oleh karena itu, nasi grombyang ini melambangkan kesederhanaan dan meluapnya ungkapan syukur kepada Tuhan, Sang Pemeliharan kehidupan. Oh ya, kuliner ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kemendikbudristek RI pada tanggal 29 Oktober 2021.

Saudaraku, nasi grombyang ini mengingatkan tentang hidup yang berlimpah dengan syukur. Sebagai anak-anak Tuhan, kita mesti berani untuk memandang hidup dengan sikap positif dan menghargai setiap berkat yang diberikan Tuhan. Sikap syukur ini tidak hanya sebuah pilihan, tetapi juga suatu kebutuhan spiritual yang dapat membawa kedamaian, kekuatan, dan berkat dalam hidup. Sebuah kalimat bijak menyebutkan: “Tebarlah pikiran, tuailah tindakan. Tebarlah tindakaan, tuailah kebiasaan. Taburlah kebiasaan, tuailah karakter. Tebarlah karakter, tuailah damai sejahtera”. Bersyukur bukan hanya muncul dalam pikiran, melainkan mesti diwujudkan dalam tindakan dan kebiasaaan, sehingga membuahkan karakter. Ketika bersyukur ini menjadi karakter, maka damai sejahteralah yang akan kita tuai. Karena, sikap positiflah yang akan mewarnai seluruh kehidupan kita. Rasul Paulus mengingatkan, “Ucapkanlah syukur dalam segala hal. Sebab, itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. Ini adalah perintah dan kehendak Tuhan bagi kita agar hidup diwarnai dengan sikap bersyukur dalam segala hal. Dalam semua situasi kehidupan kita harus belajar untuk bersyukur kepada Tuhan. Dengan demikian, kita tidak akan menjalani hari-hari hanya sebagai rutinitas saja, melainkan dapat memaknainya sebagai perziarahan syukur atas penyertaan, pimpinan dan berkat Tuhan. Dengan bersyukur, maka kita dapat memandang melampaui kondisi, situasi atau persoalan yang sedang dialami saat ini. Bila kita hanya terpaku pada persoalan, maka niscaya kita hanya akan mengeluh.

Saudaraku, hidup yang selalu mengucap syukur adalah cerminan dari sikap hidup yang berserah pada Tuhan. Sebab, kita meyakini sepenuhnya bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan yang terbaik bagi kita. Oke, bila pergi ke Pemalang, jangan lupa nasi grombyang. Dan ketika menyantapnya, ingatkah selalu untuk mengucap syukur. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.

Salam: Guruh dan keluarga.

Doa:
Bagaimana kami dapat menceritakan semua berkat yang telah Engkau berikan kepada kami, ya Tuhan. Semua pemberian telah Engkau curahkan dengan melimpah ke dalam hidup kami. Untuk itu, kami terus berupaya untuk belajar mengucapkan syukur atas anugerah-Mu. Kami yakin bahwa semua yang telah Engkau berikan itu hanya demi kebaikan kami. Terimakasih Tuhan Yesus, amin.

SUDAH BERSAKSI? Kebaktian Minggu 22 Juni 2025

Related Posts

Renungan Harian

”NASI HITAM”

Renungan Harian

AWAS, SESAT!

Renungan Harian

“PUJILAH TUHAN, KUDUSKANLAH NAMANYA!”

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 24 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 17 Agustus 2025
Gereja Kristen Indonesia Kwitang
GKI Kwitang berada di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu di Batavia didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Tanggal itulah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi GKI Kwitang. Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025