BELUM ADA TEMA
Views: 0
Bacaan: Lukas 15:20-22
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, Aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakan cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
Apakah anda penggemar bersepeda? Seorang yang mempunyai sepeda dia pelihara sepedanya itu dengan baik. Tetapi satu saat karena keperluan mendesak, dia lupa menyimpan sepeda yang berada di luar pagar rumahnya, ternyata sepeda itu telah hilang di ambil orang. Lama sekali, sampai dia lupa dengan sepeda itu, ketika dia berjalan melewati pedagang barang rongsokan, dia melihat sepeda yang bentuk dan typenya sama dengan sepedanya yang hilang. Walau sudah lusuh, bannya kempes, sadelnya kotor, dia membeli sepeda itu. Sesampai di rumah dia membersihkan sepeda itu, dan terlihat nomor seri rangka sepeda itu yang memang adalah sepedanya yang hilang. Dia sangat gembira, semua dia bersihkan dan dipoles dengan baik sehingga berfungsi seperti sedia kala. Tanpa disadarinya, dia telah membeli sepeda miliknya itu dua kali.
Firman Tuhan yang kita renungkan, perumpamaan Tuhan Yesus tentang “anak yang hilang.” Ternyata sudah dua kali anak yang sama “lahir” menjadi anak bapanya yang dikatakan bapa itu: “… anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali.” Manusia, siapapun dia, suku, ras dan bangsa diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, namun sejak Adam dan Hawa manusia telah terjual dibawah kuasa dosa (Rom 7:14). Bagaimana sedihnya hati Sang Khalik melihat ciptaan-Nya berada di timbunan rongsokan kebinasaan. Hanya satu yang harus dilakukan bagaimana membebaskan manusia dari kebinasaan itu, yaitu membelinya kembali. Harga yang mahal harus dibayar yaitu dengan darah yang mahal (I Pet 1:19)
Terbetiklah cerita tentang Petrus rasul Kristus, yang didakwa sebagai pengacau masyarakat yang mengabarkan Injil sebagai ajaran baru di kekaisaran Roma, maka dia dihadapkan ke pengadilan di ibu kota kekaisaran di Roma. Untuk itu dia dijatuhi hukuman mati. Pada hari-hari menunggu eksekusi hukumannya, dia berpikir hukuman itu tidak adil di hadapan Tuhan. Pada satu kesempatan dia melarikan diri dari pengawalan penjaga, dia menyelinap ke daerah pertanian yang relatif sepi. Sambil dia menyelinap di jalan itu dia melihat seseorang yang bertelanjang dada dalam keadaan berdarah-darah berjalan terseok-seok. Petrus mengenal betul orang itu sehingga dia terteguh dari bertanya: “Tuhan Engkau mau ke mana (quo vadis Domine)”, Orang itu menjawab: “Aku kembali ke Golgota, untuk disalib lagi menebus engkau yang tidak rela mati untuk Aku”. Petrus tertegun, dengan bersukacita dia kembali ke penjara dan pada saat hendak dieksekusi dengan disalib, Petrus meminta kepada eksekutornya: “Tuan-tuan aku tidak layak disalib dengan kepala ke atas seperti Kristus Tuhanku, biarlah aku disalib dengan kepala ke bawah.
Perumpamaan anak yang hilang, bagaikan orang yang sudah mati hidup kembali, dia lahir kembali menjadi anak bapanya oleh belas kasihan si bapa. Petrus hampir saja “menyalibkan kembali Tuhan Yesus” untuk ketidakrelaannya dengan melarikan diri untuk menderita seperti Kristus. Kita tidak lebih baik dari anak yang hilang, kita sering melarikan diri, menolak serupa dengan Kristus dalam penderitaan.
Mari kita aplikasikan renungan ini dengan pokok sbb:
- Renungan ini belum ada temanya, silahkan memberi tema untuk renungan ini.
- Dalam cerita “kehilangan sepeda” kemudian ditemukan dionggokan rongsokan menuju kebinasaan. Anda ditemukan Sang Penebus di rongsokan apa?
- Apa tekad Anda agar cukuplah sekali saja Kristus tersalib untuk Anda, tidak perlu ditebus berkali-kali?
Mari berdoa:
Bapa kami yang di sorga, karuniakan kerelaan, kemampuan untuk makin serupa Yesus Tuhan, khususnya dalam kerelaan berkorban walau derita dan kerugian kami tanggung. Tunjukkan bagi kami apa yang dapat kami berikan dan lakukan untuk menolong sesama, baik sebagai pribadi juga sebagai jemaat Tuhan. Bersama masyarakat, kami menghadapi berbagai kesukaran, kecemasan karena pandemik covid-19, tolong masyarakat dan pemerintah dalam kesehatian yang terus berusaha mengatasi penyakit ini. Jauhkan negeri kami dari perpecahan, rasa iri hati dan kebencian, agar kami mampu secara kritis melakukan usaha-usaha pemerintah kami. Inilah doa kami dalam Kristus Tuhan, Amin.
[AS23082021]