HASUS IDAJ KILABRET
Views: 0
Bacaan: Mazmur 34:14-15
“Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!”.¬
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Sebelumnya saya harus meminta maaf karena judulnya mungkin cukup membingungkan. Sebetulnya kalimat dalam judul itu adalah bahasa Indonesia biasa, hanya saja saya menuliskan dan / atau mengatakannya secara terbalik. Jadi seharusnya judul renungan itu adalah “terbalik jadi susah”.
Sengaja saya memakai judul ditulis dan / atau dikatakan terbalik ini untuk menunjukkan bahwa jika hal yang benar itu sengaja dibolak-balik, maka rusaklah kebenaran atau tatanan itu. Jika tatanan dirusak sedemikian rupa, maka hal yang mudah akhirnya justru menjadi ribet dan tidak gampang untuk diselesaikan.
Contohnya adalah soal berikut ini. Jika XX adalah sebuah mobil yang parkir, maka mobil tersebut parkir di lahan parkir nomor berapa?
16 06 68 88 XX 98
Apakah Anda bisa menjawab pertanyaan itu? Saya yakin bahwa dengan rumus matematika seperti apapun, tidak akan pernah dapat memecahkan persoalan ini. Karena letak masalahnya bukan pada penggunaan rumus matematikanya, melainkan pada cara menuliskan angka-angka tersebut. Ya, betul. Angka tadi disajikan secara terbalik. Seharusnya ditulis:
86 XX 88 89 90 91
Jika disajikan dengan penulisan seperti itu maka Anda pasti akan mudah penjawab pertanyaan ‘di lahan nomor berapa mobil itu diparkir’, bukan? Ya benar sekali, mobil tadi parkir di lahan nomor 87.
Jika kita perhatikan apa yang terjadi di sekitar kita saat ini, maka kita dapat melihat bahwa ada banyak pemutarbalikan-pemutarbalikan. Apa yang merupakan kebohongan bisa dianggap sebagai hal yang benar, sedangkan hal yang sungguh-sungguh benar dianggap sebagai hal yang salah. Ada perilaku di mana teknologi informasi ternyata dimanfaatkan secara keliru. Berita-berita yang isinya hoax tetapi diframing (dibentuk dan disajikan) sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesan sebagai berita yang meyakinkan dan benar.
Pada zaman dahulu, Pemazmur memberikan nasihat agar umat menjaga perkataan dan lidah sehingga tercipta perdamaian dan tidak terjadi kejahatan. Pemazmur menyampaikan: “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu; jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!” Memang pada zaman ketika pemazmur menggubah mazmurnya ini, cara yang paling umum dalam berkomunikasi adalah dengan menggunakan mulut atau berkata-kata. Oleh karena itu pemazmur menasihatkan agar umat dapat menjaga perkataan dengan baik sehingga dapat menciptakan kedamaian dan terhindar dari bertindak yang jahat. Pemazmur dengan sangat tepat mengungkapkan bahwa perkataan itu bisa menjadi biang kerok terjadinya kekacauan dan kehancuran.
Nah, pada zaman ini, komunikasi ternyata tidak hanya terbatas pada perkataan lisan saja, melainkan juga melalui tulisan dengan menggunakan berbagai media informasi yang ada. Jika kita tidak bijak dalam berkata-kata atau menulis, maka bisa memunculkan kegaduhan. Terlebih lagi di tengah-tengah situasi pandemi yang belum usai ini, hendaklah kita bersikap bijak dalam berucap baik secara lisan ataupun tulisan, baik di media cetak ataupun elektronik. Sebagai anak-anak Tuhan, kita seharusnya menyampaikan perkataan berdasarkan fakta yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga apa yang disampaikan itu berisi hal-hal yang menyejukkan, menghiburkan, menenangkan, menguatkan, membakar semangat dan dapat menjadi berkat.
Stop membolak-balik berita dan fakta. Kita semua ingin agar situasi tetap damai dan kondusif. Kita pun tetap rindu untuk memelihara kehidupan. Terlebih lagi, di bulan Agustus ini negara kita akan merayakan ulang tahun ke 76 Kemerdekaan Republik Indonesia. Mari kita semakin dewasa dan bijak dalam berpikir dan berkata. “Takreb halidaj nad nagnohobek pots!”, aduh, mohon maaf terbalik lagi! Maksud saya adalah: Stop kebohongan dan jadilah berkat!.
Selamat berjuang, suudaraku. Tuhan Yesus memberkati!
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakasih, ya Tuhan, karena engkau mengingatkan kami agar dapat menjaga mulut kami dari kejahatan. Kami rindu agar perkataan kami dapat menjadi berkat dan memuliakan Nama-Mu. Terpujilah Engkau, ya Tuhan Yesus. Amin.