JANUR KUNING
Views: 0
Bacaan: Matius 5:16
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Sudah sejak lama, janur Kuning menjadi salah satu simbol peradaban masyarakat Indonesia. Janur kuning adalah sebutan umum untuk daun kelapa yang masih muda. Di beberapa daerah di Indonesia Janur kuning dipakai untuk menandai adanya penyelenggaraaan perhelatan baik yang bersifat keagamaan, pernikahan, kegiatan masyarakat dan sebagainya. Di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, Janur kuning yang dirangkai ataupun dibentuk secara menarik ini digunakan sebagai umbul-umbul yang dipasang di pinggir jalan dan / atau sebagai kembar mayang – yang merupakan bagian dari dekorasi pernikahan. Apabila janur kuning dipakai sebagai kembar mayang dalam dekorasi pernikahan, maka ia memiliki makna menyatunya 2 insan dalam kehidupan pernikahan. Bagi masyarakat Jawa pada umumnya, janur kuning ini melambangkan sukacita atau kebahagiaan. Oleh sebab itu, apabila dijumpai adanya umbul-umbul janur kuning, maka itu menandakan adanya kegembiraan atau sukacita yang hendak dibagikan tidak jauh dari tempat di mana umbul-umbul itu dipasang.
Dari sisi bahasa, kata janur itu sendiri merupakan akronim dari kata “sejatining nur” yang bermakna cahaya atau terang yang sejati. Sedangkan kuning bermakna kesucian. Oleh karena itu, digunakannya janur kuning dalam penyelenggaraan perhelatan itu memiliki makna ‘kesejatian manusia yang membutuhkan cahaya dari Tuhan untuk dapat melihat dengan jelas mana hal yang baik dan buruk’.
Terkait dengan janur kuning sebagai simbol yang menunjukkan baik dan buruk itu dan sekaligus dalam rangka menyongsong HUT kemerdekaan RI, perlulah dikisahkan sedikit tentang dipakainya janur kuning sebagai penanda dalam sebuah peritiwa dalam sejarah Indonesia. Peristiwa sejarah itu dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret 1949. Peristiwa itu mampu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki kedaulatan dan Tentara Rakyat Indonesia masih eksis. Dalam peristiwa itu tercatat bahwa para tentara Indonesia dan pejuang yang pro kemerdekaan RI memakai janur kuning sebagai tanda untuk membedakan dengan para penyusup yang pro kepada penjajah. Penggunaan janur kuning dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 ini semakin menegaskan bahwa manusia membutuhkan cahaya dari Tuhan untuk dapat melihat dengan jelas dan membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Bukankah seharusnya memang demikian? Manusia itu tidak dapat berdiri sendiri tanpa kasih karunia dan pertolongan Tuhan. Dan rasanya makna janur kuning ini bagi kita – orang-orang percaya – juga tetap relevan. Sebagai terang dunia, setiap anak Tuhan diberi tanggungjawab untuk menyatakan kebenaran dan keadilan. Itulah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”. Apabila memakai analogi janur kuning tadi, maka peran kita sebagai anak-anak Tuhan ini adalah sebagai janur kuning – dalam arti cahaya sejati yang suci. Sebagai janur kuning maka tanggungjawab kita adalah menyatakan terang yang sejati dengan berlaku hidup kudus di tengah-tengah dunia.
Karena masih dekat dengan sukacita HUT ke 92 GKI Kwitang pada tanggal 11 Agustus 2021 yang lalu, maka jikalau janur kuning ini dipakai sebagai salah satu pernak pernik hiasan perayaan, kiranya janur kuning itu bukan hanya menjadi hiasan saja, melainkan dimaknai sebagai sebuah panggilan bagi kita untuk berlaku hidup kudus di tengah dunia sebab kita adalah terang dunia. Hendaklah terang itu terus dapat kita pancarkan melalui pemikiran, perkataan, sikap dan perilaku kehidupan kita sehari-hari.
Selamat menjadi janur kuning, selamat berjuang. Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga
Doa:
Kami bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, sebab Engkau telah mengingatkan akan tanggungjawab kami sebagai terang dunia. Kami membutuhkan pertolongan-Mu agar senantiasa dapat memancarkan terang itu di dalam hidup kami setiap hari. Dengan demikian, kiranya kami dapat memuliakan Engkau melalui pemikiran, tutur kata dan perbuatan kami. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin