PERTOBATAN dan HIDUP BARU
Views: 0
Bahan: Amos 5:22-24, Sungguh apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.
Jemaat GKI Kwitang mengangkat bulan November ini sebagai Bulan Pengajaran. Walau pun sangat terbatas, GKI Kwitang mengajak kita agar memeliharan pokok pengajaran GKI. Pertobatan dan Hidup Baru salah satu pokok pengajaran iman kita. Dengan tema ini, tidak bermaksud menguraikan arti Pertobatan secara mendasar, demikian juga dengan Hidup Baru, namun melalui ayat renungan ini, kita membicarakan Pertobatan dan Hidup Baru.
Amos dipanggil untuk menyampaikan firman Tuhan ke daerah Samaria, Israel Utara. Firman Tuhan sebagai tegoran dan peringatan atas kebobrokan social dan kemerosotan rohani bangsa Israel. Bangsa ini memang menjalankan seremoni-seremoni ibadah sesuai dengan Taurat, seperti mempersembahkan korban syukur, sajian-sajian, pada hari-hari raya mereka berkumpul, di situ mereka menyanyi dengan alat-alat music, gambus, kecapi, yang sangat meriah. Demikianlah acara-acara keagamaan mereka, tetapi moral mereka sangat bobrok. Orang-orang miskin tak berdaya dan hak-hak para janda miskin tidak mereka indahkan, tidak ada kepedulian dengan sesame dan cenderung menindas yang miskin. Selain melakukan korban-korban memenuhi hukum Taurat, mereka juga mengadakan penyembahan kepada dewa-dewa lain, yang disembah bangsa di sekitar mereka, mereka mendua hati. Sehingga Allah mengutus nabi Amos menyampaikan tegoran dan hukuman dari Tuhan. Ternyata umat Israel tidak mau mendengar seruan firman Tuhan ini, sehingga Tuhan menghukum mereka memakai raja Asyur menghancurkan Israel utara. Tetapi peringatan Tuhan ini juga sampai kepada kita pada zaman ini .
Dengan keadaan umat Israel seperti itu maka Tuhan berseru untuk bertobat dan membarui hidup mereka, agar keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir. Demikianlah seruan Pertobatan dari kehidupan “lama” yang mendua hati, yang cenderung seremoni yang egois, harus dirobah dengan “hidup baru.” Kembali melakukan keadilan dengan ukuran keadilan Allah, yaitu keadilan yang rela berkorban untuk kebaikan dan keselamatan orang lain.
Kalau kita bahasakan dengan situasi jemaat kita, maka firman Tuhan yang disampaikan nabi Amos akan terdengar: Aku tidak mau terima persembahan-persembahanmu berupa kolekte, persembahan bulanan, sumbangan-sumbanganmu yang besar itu, Aku tidak mau dengar nyanyian dalam liturgimu, paduan-suaramu, juga tidak mau dengar gitar listrik, piano dan drum yang bertalu-talu. Simpanlah semua alat-alat musikmu itu. Karena kamu tidak mengasihi sesame, karena itu biarlah keadilan, kebenaran dan kasih bergulung-gulung seperti air dan seperti sungai yang selalu mengalir. Tentu renungan ini tidak enak bagi pemusik jemaat kita yang sudah berlelah-lelah mempersiapkan pujian. Tetapi menjadi renungan bagi kita, agar ibadah seremonial berimbang dengan pelayanan diakonia kita, apakah dana Natal berimbang dengan dana aksi social, aksi kasih kita.
Mari kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Bagaimana Anda mewujudkan Pertobatan dan Hidup Baru?
- Apa yang dilakukan jemaat Anda mewujudkan keadilan, kebenaran dan kasih kepada sesama.
- Menurut Anda, apakah berimbang dana untuk music dan Paduan Suara, dan dana Diakonia dan aksi kasih di Jemaat Anda.
Mari berdoa: Bapa Sorgawi, ibadah-ibadah kami selalu diisi dengan nyanyian pujian, demikian juga ibadah kami mewujudkan kasih, keadilan dan kebenaran firman Tuhan dengan pelayanan bagi sesama. Semua pelayanan ini kami landasi dengan pemahaman iman yang dipimpin oleh Roh Kudus, semoga berkenan bagi Tuhan. Inilah doa kami dalam nama Tuhan Yesus. Amin. [AS141122]