NASI KUNING
Views: 0
Bacaan: Yeremia 17:7-8
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Nasi kuning merupakan nasi berwarna kuning khas Indonesia. Nasi ini terbuat dari beras putih yang dimasak bersama santan, kunyit, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Nasi kuning rasanya lebih nikmat daripada nasi putih biasa karena campuran rempahnya yang menyatu memberikan cita rasa nikmat di lidah orang Indonesia.
Nasi kuning sudah terkenal pada masyarakat Jawa sejak zaman kerajaan kuno dahulu. Pada waktu itu, masyarakat menyajikan nasi kuning saat perayaan hari-hari besar sebagai tanda rasa syukur dan terima kasih serta doa memohon perlindungan dari segala bahaya kepada Yang Maha Kuasa. Orang Jawa menyebut bahwa nasi kuning merupakan sebuah simbol tentang doa dan harapan yang sangat dalam dan luhur.
Warna kuning pada nasi kuning tersebut juga mengandung makna kemakmuran, kekayaan dan kesejahteraan sebab warna itu dipandang serupa kepingan emas atau padi yang akan panen. Selain itu, warna kuning melambangkan kemuliaan, keluhuran, kebesaran, dan kesetiaan. Dengan membuat nasi kuning, maka penyelenggara acara berharap agar Yang Maha Kuasa melimpahi dengan kemakmuran dan kesejahteraan. Demikian pula, mereka yang menyantap nasi kuning ini juga berdoa dan berharap hal yang sama.
Simbolisasi warna kuning dalam nasi kuning ini sesungguhnya mengingatkan betapa kecil dan rapuhnya manusia di hadapan Sang Maha Kuasa. Oleh karena itu sudah selayaknya seluruh doa permohonan dan pengharapan ditujukan kepada-Nya. Nabi Yeremia menyaksikan pengalaman iman kepada umat terkait relasinya dengan Allah – Sang Maha Kuasa. Ia menyampaikan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah”. Frasa yang diterjemahkan dengan ‘mengandalkan TUHAN’ berarti: lebih yakin, lebih merasa aman, lebih percaya dan lebih mempercayakan dirinya sepenuhnya hanya kepada Tuhan. Orang-orang seperti inilah yang akan diberkati oleh Tuhan. Lebih jauh disebutkan bahwa siapa pun yang hidup mengandalkan Tuhan maka ia akan seperti pohon yang ditanam ditepi batang air. Hal itu berarti bahwa hidupnya tidak akan berkekurangan dan tidak akan mengalami kekeringan serta tidak akan berhenti menghasilkan buah. Berdasarkan pengalamannya, Nabi Yeremia menegaskan bahwa relasi yang melekat kepada Allah – Sang Sumber Kehidupan – merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap anak Tuhan. Dengan demikian, ketika berbagai macam ‘kekeringan’ hidup melanda, maka kita akan tetap mampu bertahan. Sebab Allah adalah sumber kekuatan dan pertolongan kita. Hanya kepada DIA sajalah kita berdoa dan berharap.
Kiranya sajian nasi kuning hari ini, selalu mengingatkan kita agar selalu memiliki relasi yang dekat dan akrab dengan Tuhan Sang Sumber Kehidupan. Dengan demikian kita dapat selalu bersyukur, berdoa dan berharap hanya kepada-Nya. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Engkau adalah tempat bagi kami untuk berharap dan bersandar, sehingga kami mampu menghadapai dan menjalabi berbagai macam persoalan di dalam kehidupan kami. Oleh karena itu, kami rindu untuk selalu dekat dengan-Mu. ya Tuhan. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.